Dikerjakan dengan anggaran €25,000,000 oleh studio Prancis, Europa, film ini masih terasa seperti keluaran studio Amerika Serikat, yakni semacam perpaduan antara Dreamworks dan Pixar. Pengarah Bibo Bergeron, yang pernah turut serta dalam "Shark Tale" dan "The Road to El Dorado," mungkin menjadi katalis bagi sentuhan a la Dreamworks di "A Monster in Paris."
Film ini memancing ingatan penontonnya akan film-film monster, bisu, dan musikal. Paris tenggelam dalam warna-warna cemerlang namun antik.
Cerita bermula ketika Paris dilanda banjir awal abad ke-20 tersebab meluapnya Sungai Seine. Gambar mengarah kepada Emile, seorang juru proyektor film, dan Raoul, tukang antar paruh waktu cum ilmuwan, bereksperimen dengan ramuan yang kemudian menciptakan kutu raksasa yang bisa menyanyi.
Si kutu lantas berkelana ke berbagai tempat di Paris dan bikin penduduk bergidik. Lucille, penyanyi kabaret termasyhur, menemukan kutu itu dan menyadari adanya bakat menyanyi di dirinya. Sang biduanita lantas mengajaknya tampil dalam pertunjukkannya.
Di titik itu, walikota Paris berjanji bahwa ia dan aparatnya akan menangkap dan membunuh serangga raksasa itu. Demikianlah, awal dari adegan perburuan.
Penanggung Jawab :
let-us-study.blogspot.com
http://showbiz.vivanews.com
0 komentar:
Posting Komentar